www.radiobudiluhur.comPT Garuda Indonesia dikabarkan tengah mengalami ketegangan dalam keuangannya, pasalnya sejak beberapa bulan terakhir keuangan Garuda Indonesia (GIAA) terus dikabarkan menurun bahkan sebelum adanya Covid-19. Toto Pranoto, selaku pengamat BUMN mengatakan hal yang demikian bahwa kondisi keuangan PT Garuda Indonesia TBK tengah limbung.

Hal tersebut tergambar pada hasil laporan keuangannya di tahun 2019 pada kuartal III di mana PT Garuda Indonesia masih menghasilkan US$ 3.5 miliar sedangkan pada kuartal III 2020 turun hingga 67% atau menjadi US$ 1.1 miliar. Penurunan yang cukup drastis tersebut membuat PT Garuda Indonesia mengalami rugi yang cukup fantastis, yakni mencapai Rp15 triliun.

Pada 5 November lalu, dirilis laporan keuangan yang mencatat bahwa Garuda Indonesia hanya mendapat pendapatan dari penerbangan berjadwal senilai US$ 917.29 juta, penerbangan tak berjadwal senilai US$ 46.92 juta, dan pendapatan lain-lain berkontribusi senilai US$ 174.57 juta.

Merosotnya keuangan PT Garuda Indonesia itu terjadi karena adanya permasalahan pada struktur biaya. Dalam diskusi publik yang berlangsung secara virtual, “Menyelamatkan Garuda”, Toto mengatakan bahwa tahun lalu, angka pengeluaran serta biaya operasional turun hampir 31%. Biaya pengeluaran paling besar GIAA sendiri terletak pada pembiayaan leasing pesawat yang mencapai 75% dan pengeluaran yang besar lainnya meliputi hutang jangka panjang dan pendek.

Jalan keluar dari krisis keuangan tersebut adalah dilakukannya negosiasi antara Garuda Indonesia dan BUMN dengan lessor pesawat dikarenakan bagian tersebut yang menaruh beban paling besar di keuangan Garuda Indonesia. Selain itu, Toto juga mengharapkan pinjaman utang yang diberikan pemerintah ke GIAA tidak macet sehingga maskapai bisa lebih mudah dalam menjaga arus keuangannya.

Walaupun bukan diakibatkan karena Covid namun tetap saja adanya Covid-19 mempengaruhi keuangan Garuda Indonesia. Diprediksi jika vaksin Covid-19 lancar dan merata di kuartal kedua 2021, kemungkinan besar penerbangan domestik akan kembali pulih. Hal tersebut diakibatkan karena penumpang domestik berkontribusi sebanyak 78% sehingga diperkirakan keuangan PT Garuda Indonesia akan kembali pulih.