RadioBudiLuhur.com – Warga kampus, hari Minggu (15/12) hashtag #IndonesiaStandsWithUygur ramai jadi trending di Twitter. Nah sebenarnya ada apa yang terjadi? Siapakah Uyghur? #IndonesiaStandsWithUygur bolak – balik naik turun diantara top 5 trending di Twitter. Jadi, sebelum mengetahui sebenarnya yang terjadi mari kita cari tahu siapa sih kaum Uyghur. Uyghur adalah etnis minoritas Turkic yang berbahasa Uyghur.
Sumber: REYNOLDS/AAP
Mereka berasal dari Turkistan Timur yang berada di Asia Tengah berbatasan dengan Siberia di Utara, India dan Tibet di Selatan. Turkistan Timur atau Xinjiang adalah wilayah otonom Cina. Xinjiang adalah provinsi terbesar di Cina yang wilayahnya 4 kali lipat dari California dan berbatasan dengan 8 negara.
Sumber: Purdue University’s Centre on Religion and Chinese Society
Sejarah Aneksasi Xinjiang
Turkistan Timur sebelumnya berada di pemerintahan Kerajaan Islam Uyghur, hingga pada 1876 Kekaisaran Manchu menginvasi bangsa tersebut. Pada 18 November, 1884 setelah delapan tahun peperangan berdarah Kekaisaran Manchu menganeksasi wilayah tersebut menjadi Xinjiang. Namun pada 1911 setelah nasionalis cina menggulingkan Kekaisaran Manchu, Xinjiang jatuh dibawah pemerintahan nasionalis Cina. Kemudian, pada 1949 Republic Rakyat Cina menganeksasi Xinjiang. Sesudah sekilas sejarah dari Xinjiang dan identitas Uyghur, sekarang ada apa yang terjadi disana?
Sejarah Diskriminasi terhadap Kaum Uyghur
Semenjak aneksasi Xinjiang pada 1949, beberapa segmen populasi menentang pemerintahan Beijing. Banyak yang menolak berbicara mandarin, dan beberapa diantaranya berkampanye untuk kemerdekaan. Bagi Beijing, integritas territorial sangatlah penting, sehingga Beijing melihatnya Xinjiang selalu menjadi bagian dari Cina. Beijing melihat Xinjiang dan muslim minoritas didalamnya sebagai “terbelakang”. Selama masa lompatan Partai Komunis yang lebih terdepan (1958-1962), etnis dan agama di definisikan sebagai “hambatan untuk maju” dan “kebiasaan terbelakang”. Penindasan brutal pada tahun 80an dan 90an menyebabkan banyak Uyghur yang melarikan diri dari Cina untuk mencari suaka.
Situasi saat ini
PBB memperkirakan sekitar 1 juta warga dari etnis Uyghur, Kazakh, dan minoritas lainnya telah diduga telah ditahan di Xinjiang Barat laut Cina sejak 2017. Dalam beberapa dekade terakhir Pemerintah Beijing melihat etnis Uyghur sebagai kelompok teroris. Dengan begitu memudahkan Beijing untuk mengubah Xinjiang menjadi provinsi yang diawasi. Kondisi diperparah dengan peningkatan islamofobia di seluruh Cina. Pengawasannya meliputi pengenalan wajah dan suara, pemindai iris mata, pengambilan sampel DNA, dan identifikasi diri secara 3D. Hal tersebut diperkenalkan semenjak pelantikan Chen Quanguo sebagai Ketua Partai Xinjiang pada 2016. Dilansir dari ABC News, penelitian terbaru mengungkapan terdapat 28 fasilitas penahanan yang digunakan dan telah diperluas lebih dari 2 juta meter persegi sejak awal tahun 2017.
Sumber: ABC News/Google Earth/Digital Globe
Pihak Beijing klaim bahwa pusat penahanan di Xinjiang sebagai ‘pelatihan kejuruan’ namun US Congressional Hearing dan beberapa laporan menunjukkan kamp tersebut sebagai ‘pendidikan ulang’ dan sasaran indoktrinasi politik. Pendidikannya meliputi doktrin harian ideology komunis dan upaya penghilangan budaya minoritas, bahasa, dan keyakinan. Kemudian ditemukan bahwa para tahanan dipaksa untuk menjahit pakaian untuk diekspor ke perusahaan pakaian olahraga milik Amerika Serikat. Dilansir dari theconversation.com terdapat beberapa laporan yang mengidentifikasi lebih dari 100 kaum intelektual Uyghur termasuk penulis, penyair, jurnalis, dan professor adalah termasuk orang – orang yang ditahan.
Seberapa pentingkah Provinsi Xinjiang bagi Cina?
Xinjiang sangatlah penting bagi Cina. Sebab ini merupakan wilayah dari Belt and Road Initiative atau Inisiatif Sabuk dan Jalan. Program ini adalah strategi pengembangan pembangunan infrastuktur dan investasi di Eropa, Asia, dan Afrika. Terlebih lagi banyak negara yang telah menandatangani untuk mengikuti program tersebut, termasuk beberapa negara – negara muslim didunia.
Sumber: theaseanpost.com
Pelanggaran Hak Asasi Manusia
Tindakan keras yang dilakukan pemerintah cina di Xinjiang terkhususnya etnis Uyghur merupakan pelanggaran Hak Asasi Manusia. Hal tersebut telah mendapat kecaman Internasional. Mesut Ozil gelandang tengah Arsenal di Twitter dan Instagram menyampaikan keprihatinannya terhadap kasus yang sedang terjadi, (Di Cina) Al-Quran dibakar, masjid ditutup, sekolah-sekolah teologi Islam dan madrasah dilarang, para ulama dibunuh satu per satu. Meskipun demikian, umat Islam tetap diam, kata Ozil.
#HayırlıCumalarDoğuTürkistan 🙏🏼 pic.twitter.com/dJgeK4KSIk
— Mesut Özil (@MesutOzil1088) December 13, 2019
Embed post-annya Mesut Ozil
Jika kita telaah lagi pemberitaan tentang diskriminasi Uyghur tidak semasif seperti Rohingya, ataupun kasus Palestina. Indonesia yang mendapatkan hak istimewa sebagai Dewan Keamanan tidak tetap PBB periode 2019 – 2020 juga tidak melakukan agenda khusus terhadap kasus ini. Menurut warga kampus ada apa yang salah disini? Mengapa #IndonesiaStandsWithUyghur baru meledak pada saat ini? Dan mengapa kasus Uyghur tidak menjadi salah satu agenda penting Indonesia sebagai Dewan Keamanan tidak tetap PBB?