RadioBudiLuhur.com – Warga kampus, fenomena Jabodetabek tanpa listrik tentu membuat kita mati gaya. Kejadian yang terjadi pada hari minggu lalu (4/8/2019) menghebohkan Indonesia bahkan menjadi sorotan media dunia. Menurut warga kampus apakah kejadian tersebut merupakan hal yang memalukkan sebab Indonesia merupakan anggota G20 namun ibukota sunyi cuitan sebab tidak adanya koneksi.

Fenomena langka tersebut berdasarkan pernyataan pihak PLN disebabkan oleh gangguan pada gas turbin 1 sampai 6 di Surabaya. Selain itu gangguan kerap terjadi di pembangkit listrik tenaga gas turbin Cilegon.

Kemudian pihak BMKG ikut bersuara atas kejadian ini. Dikutip dari CNN Indonesia Deputi Bidang Geofisika BMKG, Dr. Muhammad Sadly dalam keterangannya menuliskan, “Jika kita perhatikan, waktu terjadinya gempa Banten adalah hari Jumat, 2 Agustus 2019 pukul 19. 03 WIB, sementara pemadaman listrik terjadi pada hari Minggu 4 Agustus 2019 pukul 11.45 WIB, maka rentang waktu kedua kejadian tersebut terpaut cukup lama.

Tambahnya lagi, Jika padamnya listrik akibat gempa maka listrik padam sudah terjadi sejak Jumat malam setelah pukul 19.03 WIB. Namun meski pernyataan dari kedua pihak sudah cukup jelas, penyelidikan penyebab pemadaman masih diselidiki hingga hari ini.

Pemadaman listrik memang merugikan, bayangkan berapa banyak uang yang melayang yang disebabkan oleh lumpuhnya berbagai aktivitas bisnis dan pelayanan publik di DKI Jakarta dan sekitarnya. Seperti yang dinyatakan oleh Wakil Ketua Umum Kadin DKI Jakarta Sarman Simanjorang, “ Terus terang kami agak sulit menghitung angka kerugian. Namun, jika dilihat dari banyaknya sektor usaha dan
pelayanan publik yang terimbas maka bisa mencapai triliunan (rupiah).

Terlebih lagi menurut Sarman kejadian itu dianggap dapat membuat rasa ketidakpercayaan kepada investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia, khususnya Ibukota. Bukan hanya kerugian berupa materi yang didapat akibat kejadian tersebut, namun warga yang berpergian dengan transportasi umum juga terkena imbasnya. Banyak yang mesti menunggu berjam – jam tanpa kepastian berangkatnya kereta di stasiun – stasiun KRL. Selain itu, terdapat evakuasi dibeberapa jalur MRT.

Meskipun nilai kerugian yang diakibatkan dari matinya listrik, namun terdapat pula beberapa hal positif yang terjadi. Salah satunya membaiknya tingkat polusi udara di Jakarta. Sebuah software Airvisual menunjukkan peringkat kondisi udara buruk Jakarta turun dari peringkat 1 dalam beberapa hari terakhir menjadi dibawah 10.

Dikutip darui Fimela, Dokter Agus Dwi Susanto, Ketua Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia memaparkan alasannya. Selain asap kendaraan polusi itu juga berasal dari aktivitas industri dan aktivitas domestik. Kedua aktivitas ini terkait dengan penggunaan elektrikal yaitu alat-alat dengan memanfaatkan listrik. Hal inilah yang juga dapat meningkatkan polusi, jelas dokter Agus.

Saat mati listrik tidak banyak digunakan mesin-mesin dengan tenaga listrik. Sehingga tidak banyak juga mengeluarkan emisi karbon ke udara. Berbekal penurunan jumlah emisi dari aktivitas industri dan domestik di rumah inilah yang membuat kualitas udara Jakarta membaik, kata dr. Agus. Nah itu dia warga kampus beberapa dampak dari padamnya listrik pada hari minggu lalu. Kalau, warga kampus sendiri apa saja sih kerugian dan keuntungan yang warga kampus alami ?