www.radiobudiluhur.com – Lebaran hanya tinggal dihitung jari, namun berbagai kebijakan kian menyulitkan masyarakat dan membuat sejumlah bentrokan di kelas sosial. Pemerintah telah menetapkan kebijakan untuk melarang berbagai bentuk kegiatan mudik guna memutus rantai penyebaran Covid-19. Kebijakan yang cukup menggemparkan publik adalah diadakannya larangan mudik lokal untuk wilayah aglomerasi Jabodetabek.
Satgas pencegahan Covid-19 beserta dengan Kementerian Perhubungan menyatakan bahwa sejak awal, kebijakan yang pemerintah ambil adalah meniadakan mudik mulai dari 6 – 17 Mei 2021 ini. Penjelasan tersebut diperjelas oleh pemerintah bahwa mudik di wilayah aglomerasi memang ditiadakan, akan tetapi moda transportasi di wilayah aglomerasi tetap diizinkan beroperasi, namun tetap pada kegiatan esensial harian, seperti bekerja, keperluan medis, logistic, dan lain-lain. Akan tetapi untuk kegiatan esensial yang menimbulkan kerumunan tetap harus dihindari.
Kebijakan ini menimbulkan berbagai macam perspektif. Salah satunya adalah sosiolog asal Universitas Negeri Jakarta (UNJ) yakni, Ubedillah Badrun yang menilai larangan mudik lokal ini tidak efektif dalam mencegah mobilitas masyarakat. Menurutnya kebijakan seperti ini akan terlihat aneh mengingat masyarakat yang tinggal dalam satu wilayah aglomerasi kerap saling bertemu dan melakukan aktivitas bersama tiba-tiba sekarang dilarang karena ada kebijakan yang demikian.
Terlebih, mudik dan silaturahmi lebaran adalah kebudayaan yang sangat melekat untuk masyarakat Indonesia. Tidak hanya mudik dari kota ke desa, tetapi mudik antar kota juga akan dilakukan demi bertemu dengan sanak dan keluarga serta untuk menjaga tali silaturahmi dan meningkatkan keharmonisan antar keluarga. Sehingga apabila larangan ini terus dilakukan diperkirakan akan menimbulkan gesekan antara masyarakat dengan petugas yang berwenang.
“Ketika aktivitas budaya itu disekat dihalangi, itu menjadi mengganggu harmoni sosial, mengganggu situasi sosiologis yang terbentuk pada puluhan tahun itu” ucap Ubedillah.
Selain karena faktor kebudayaan silaturahmi, kurang efektifnya larangan mudik lokal ini juga diakibatkan oleh padatnya wilayah aglomerasi yang membuat masyarakat mampu memanfaatkan kondisi tersebut. Masyarakat kemungkinan akan melewati gang-gang kecil atau melakukan hal lainnya yang kemungkinan akan mempersulit para petugas yang berjaga.
Source :
Cnnindonesia.com